Hello guys!!
So this is the "HIKAYAT". This is my first "HIKAYAT" that I've written and it's Indonesia so sorry for the writting and spelling mistake. So, check it out guys!!
So this is the "HIKAYAT". This is my first "HIKAYAT" that I've written and it's Indonesia so sorry for the writting and spelling mistake. So, check it out guys!!
HIKAYAT RAJA ULAR DAN KECAPI
Alkisah pada zaman dahulu kala, di istana dalam hutan sana hiduplah Raja Ular dan anak buahnya Burung Kecapi. Adalah pada kala hari, Raja Ular itu sakit dan anak buahnya Burung Kecapi adalah duduk dekat bersama sama dengan rajanya ular itu duduk. Burung Kecapi adalah setia pada rajanya ular itu sebab rajanya ular itu kira membantu jua mengawasi Burung Kecapi tinggal. Hatta Burung Kecapi sedialah jadi anak buah rajanya ular itu.
Datanglah hari segala binatang dalam hutan datang tersebab menengok rajanya ular itu sakit. Olehnya sekalian binatang pun berbondong bondong menghadap. Syahdan yang tiada datang menghadap rajanya itu adalah Kancil. Hatta sembah Rajanya ular itu, “Ampun Tuan hamba beribu ampun. Adalah sekalian rakyat menghadap hanyalah Kancil yang tak tampak, Tuanku.”
“Syahdan tuanku terlebih maklum Kancil itu. Inilah pula Kancil yang kecil itu sekali tiada datang dan jika demikian itu baiklah tuanku suruhkan Kecapi lain memanggil Kancil itu dan serta ia datang menghadap tuanku alangkah baiklah tuanku bunuh dan jangan dihidupkan sekali-kali Kancil itu.” Dan Raja Ular itupun terlalu marah sakit pada hatinya sebab Kecapi berkabarkan kepada Raja Ular itu.
Hatta titah Raja Ular kepada Kecapi, “Hai Kecapi, pergi panggilkan aku sesegera Kancil itu, bawa kemari” Hatta Kecapi itu pun menyembah lalu terbang dengan segera mencari Kancil.
Hatta tiada berapa lamanya, maka Kecapi itupun berjumpalah dengan Kancil itu. “Hai sang Kancil, titah dipanggil kepada tuan hamba” Maka Kancil menjawab “Hamba lagi mencari obat sakit raja kita itu saat ini belum lagi dapat.” Lalu berkatalah Kecapi “Hai Kancil, baiklah kamu dahulu datang menghadap raja karena raja amat sangat murkanya”. Hatta Kancil itupun berjalanlah bersama Kecapi itu. Hatta berapa lamanya, maka Kancil itu pun sampailah pada Raja Ular itu. Lalu duduk menyembah “Ampun tuanku beribu ampun, karena aku tiada datang menghadap tuanku sakit itu karena aku mencarikan obat dan jika datang saja aku, apa gunanya jika tiada bawa obat tuanku sakit, apa pula gunanya aku seperti orang yang menghadap itu, apa gunanya duduk memadangi tuanku sakit saja. Sebab itulah aku tiada hendak menghadap bila belum dapat obat Tuanku.”
“Syahdan aku tengah mencari obat Tuanku, maka sang Kecapi datang kepada aku dan aku pun kira jika aku sudah dapat obat Tuanku itulah barulah aku menghadap Tuan. Dan bila aku mendapatkannya maka senanglah Tuanku dan serta sembuh jua sakitnya.”
Maka kata Raja Ular itu, “Hai Kancil, katakan padaku adalah obat itu supaya segera mencari karena aku tengah sakit berlebih-lebih.”
“Ampun beribu-ampun tuanku, adalah obat itu jantung Kecapi niscaya sehatlah tuanku.” Raja Ular pun memandang kanan kirinya menghadap. Adalah disisinya banyak sekali Kecapi. Lalu Raja Ular itu menangkap Kecapi-Kecapi setianya dengan segera, dan dihisapnya jantungnya Kecapi itu, maka Kecapi-Kecapi mati seketika. Dan Raja Ular pun sehatlah. Sekalian Kecapi marah amat sangat marahnya pada Kancil itu.
Syahdan kata Kancil, “Engkau ingat khianat padaku dan sekarang engakulah khianat pada anak buahmu.” Dan segala binatang yang menghadap, masing-masing pulang pada tempatnya.
-TAMAT-
SINOPSIS
Diceritakan dahulu, sang Raja Ular sedang sakit, seluruh binatang di hutan itu pun datang untuk menjenguk rajanya itu. Tetapi si Kancil tak mau menjenguk. Mengetahui hal itu, Raja Ular pun marah dan memerintahkan anak buahnya (Burung Kecapi) untuk mencari Kancil dan akhirnya Kancil menjenguk Rajanya. Si Kancil beralasan ingin mencari obat untuk sang Raja sehingga tak kunjung menjenguknya. Raja pun bertanya apakah obatnya itu lalu si Kancil memutar balikkan keadaan dengan menyebutkan bahwa Burung Kecapi lah obatnya. Sehingga Raja Ular itu langsung memakan burung-burung Kecapi dengan cepat tanpa ingat bahwa Kecapi itu adalah anak buah setianya.
AMANAT
Dapat disimpulkan bahwa kita jangan membantah peraturan dan beralasan dengan cara berbohong. Jangan pula kita menjadi orang yang terlalu mudah percaya dengan perkataan seseorang sehingga kita sendiri lupa bahwa seseorang yang setia kepada kita tak sadar telah kita khianati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar